Review Predator: Badlands, Hadirkan Sisi Lain dari Sang Pemburu Legendaris

Tim Teaterdotco - 2 jam yang lalu
Review Predator: Badlands, Hadirkan Sisi Lain dari Sang Pemburu Legendaris

Waralaba film Predator kembali hadir di layar lebar lewat karya terbaru berjudul Predator: Badlands garapan Dan Trachtenberg. Kali ini, sang sutradara berani mengambil langkah berbeda dengan menampilkan cerita dari sudut pandang sang predator muda. Hasilnya, film ini menyuguhkan perpaduan antara aksi menegangkan, drama emosional, dan sedikit sentuhan humor yang membuat penonton betah mengikuti setiap adegannya.

Petualangan Dek di Planet Genna

Kisahnya berpusat pada Dek (Dimitrius Schuster-Koloamatangi), predator muda dari klan Yautja yang dianggap lemah dan tak layak menjadi pemburu. Setelah diusir oleh ayahnya, Dek dikirim ke planet berbahaya bernama Genna untuk membuktikan dirinya dengan memburu makhluk legendaris yang disebut Kalisk.

Dalam perjalanannya, Dek bertemu Thia (Elle Fanning), android dari perusahaan Weyland-Yutani yang tubuhnya terbelah dua akibat serangan Kalisk. Awalnya, keduanya saling curiga, tetapi perlahan mereka mulai bekerja sama untuk bertahan hidup di tengah planet yang penuh dengan ancaman mematikan. Dari sinilah perjalanan Dek menjadi lebih dari sekadar misi berburu, melainkan juga perjalanan menemukan jati diri.

Visual Fantastis dan Aksi yang Intens

Dan Trachtenberg kembali membuktikan kemampuannya dalam menciptakan dunia fiksi ilmiah yang menegangkan. Latar planet Genna dibuat dengan detail yang luar biasa, mulai dari hutan beracun hingga makhluk asing yang beragam. Efek visual dan CGI-nya terasa memanjakan mata, meski beberapa bagian tampak terlalu ramai.

Adegan aksi menjadi salah satu kekuatan utama film ini. Pertarungan antara Dek dan Kalisk dibuat dengan koreografi yang intens dan mendebarkan. Tak hanya itu, kehadiran berbagai jebakan alam dan makhluk buas membuat setiap menit terasa penuh bahaya. Di sela ketegangan, film ini juga menghadirkan momen ringan lewat dialog dan interaksi karakter yang cerdas sehingga tak terasa monoton.

Akting yang Menghidupkan Cerita

Dimitrius Schuster-Koloamatangi menampilkan performa yang kuat sebagai Dek. Ia berhasil menggambarkan sisi rapuh dan ambisius seorang predator muda yang berjuang membuktikan nilai dirinya. Sementara itu, Elle Fanning tampil menawan dengan peran gandanya sebagai Thia dan Tessa, dua android dengan kepribadian yang sangat berbeda. Aksi Fanning di layar terasa natural dan menghidupkan dinamika emosional film ini.

Kombinasi akting keduanya membuat hubungan antara Dek dan Thia terasa hangat dan menyentuh, meski di tengah dunia yang keras dan berbahaya. Penonton akan dibuat simpati terhadap karakter-karakter ini yang sama-sama berjuang mencari arti keberadaan mereka.

Wajah Baru Franchise Predator

Bagi sebagian penggemar lama, Predator: Badlands mungkin terasa berbeda. Film ini tidak lagi menonjolkan sisi misterius dan menakutkan seperti film aslinya, melainkan lebih menekankan pada drama dan hubungan antar karakter. Namun justru di situlah kekuatan film ini. Pendekatan yang lebih manusiawi membuat franchise Predator terasa segar dan relevan kembali di era sekarang.

Pesan moral tentang keberanian, kerja sama, dan penerimaan diri menjadi benang merah cerita yang disampaikan dengan cara yang menghibur. Trachtenberg tampaknya ingin menunjukkan bahwa bahkan makhluk sekeras predator pun bisa memiliki hati dan empati.

Predator: Badlands bukan sekadar film aksi penuh darah dan ledakan. Film ini menghadirkan kisah tentang perjuangan, persahabatan, dan keberanian dalam balutan petualangan luar angkasa yang memukau. Meski ada beberapa kekurangan dari sisi efek dan ritme, film ini tetap layak menjadi tontonan wajib bagi pecinta aksi dan fiksi ilmiah.

Film Predator: Badlands tayang di bioskop Indonesia mulai 5 November 2025 dan menjadi bukti bahwa sang pemburu legendaris masih punya taring untuk menaklukkan hati penonton.