Review Sekawan Limo: Menggugah Tawa Lewat Lokalitas Jawa Timur

Baba Qina - Sabtu, 6 Juli 2024 07:33 WIB
Review Sekawan Limo: Menggugah Tawa Lewat Lokalitas Jawa Timur

Setelah sukses dengan waralaba film Yowis Ben, Bayu Skak kembali menyuguhkan film bergenre horor berjudul Sekawan Limo yang tetap erat dengan bahasa dan aksen Jawa Timuran-nya. Ia pun kembali duduk sebagai sutradara sekaligus aktor dalam film terbarunya ini.

Sekawan Limo sendiri bercerita tentang lima pendaki yang tersesat saat mendaki Gunung Madyopuro. Awalnya, Bagas (Bayu Skak) dan Leni (Nadya Arina) hanya pergi berdua. Mereka pun sudah diperingatkan petugas agar mematuhi aturan-aturan tidak tertulis selama mendaki gunung dari pos penjagaan. Salah satu aturan yang disebutkan adalah mereka tidak diperkenankan untuk menoleh ke belakang selama pendakian.

Di tengah perjalanan, Bagas dan Leni bertemu tiga pendaki lainnya yang menjadi teman selama mendaki. Mereka adalah Dicky (Firza Valaza), Juna (Benidictus Siregar), dan Andrew (Indra Pramujito). Saat berkemah, mereka tiba-tiba diganggu oleh makhluk tak kasat mata. Lambat laun mereka pun sadar bahwa salah satu dari mereka ternyata bukanlah sesosok manusia.

Lagi-lagi, Sekawan Limo menggugah tawa dengan cara dan senjatanya, yakni menampilkan lokalitas Jawa Timur-an. Ya, seperti film-film Bayu Skak terdahulu, Sekawan Limo pun turut dihiasi oleh lawakan, interaksi antarpersonal, bahasa, dialek, sapaan, hingga bentuk-bentuk ekspresi emosinya.

Bagi penonton Jawa Timur, hal di atas akan terasa seperti melihat keseharian. Bagi masyarakat Jawa Timur yang tengah dalam perantauan, hal ini akan menjadi semacam momen nostalgia. Namun, boleh jadi untuk penonton yang tidak akrab dengan bahasa Jawa, maka dipastikan akan kesulitan dalam menerima lawakan-lawakan yang tersaji dalam film ini.

Meskipun dengan kelucuan yang ramah khas warga Jawa Timur, Sekawan Limo pada dasarnya memiliki cerita yang standar, tak istimewa. Pembabakan dalam penulisan skenarionya amat kentara. Alhasil, ada cukup banyak bagian yang mudah tertebak. Hal ini mungkin menjadi kritik keras untuk penulis skenario, berikut sutradara film ini.

Pada akhirnya, tak banyak hal istimewa dari film Sekawan Limo ini, kecuali lokalitas Jawa Timur-nya yang kental, beserta segala komedi dan interaksi antar karakternya. Namun memang upaya dari Bayu Skak tadi masih tetap berjalan dengan baik. Kendati cerita yang diangkat telah biasa digelar dalam ranah film horor komedi populer beberapa tahun ini. Akan tetapi, bisa dibilang pula, jika aspek kelokalan tadi merupakan amunisi yang tak dimiliki oleh film-film lain di genre ini.